Counseling for Mothers on the Importance of Deworming Toddlers at Posyandu Lavenda, Kenali Besar Community Health Center, Jambi City
Main Article Content
Indah Mastikana*
Embun Nadya
Ayu Oktoviani
Yuliana Saputri Yanti
Ananda Suci Rahayu
Rina Febrianti
Soil-Transmitted Helminths (STH), commonly known as intestinal worms, are infections caused by helminths transmitted through contaminated soil. Factors contributing to STH include poor hygiene, non-compliance with deworming treatment, inadequate sanitation, and limited knowledge about STH. In Indonesia, helminth infections remain a significant public health issue, with prevalence rates ranging from 2.5% to 62%. According to the 2021 Indonesia Nutritional Status Survey by the Ministry of Health, the proportion of toddlers suffering from helminth infections is approximately 2.8%. The World Health Organization recommends periodic treatment (deworming or preventive chemotherapy) without prior individual diagnosis for all at-risk individuals in endemic areas. This activity aims to enhance community knowledge and to treat and prevent helminth infections caused by roundworms, hookworms, whipworms, and pinworms, which can impede children's growth at Posyandu Lavenda, Kenali Besar Community Health Center, Jambi City. The results indicated that all participants were highly enthusiastic and engaged during the counseling sessions, and local healthcare workers were very proactive in implementing preventive measures against helminth infections in children as early as possible.
Ana, A. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu yang Mempunyai Anak Usia 6-12 Tahun dalam Pemberian Obat Cacing di Desa Pargarutan Dolok Kecamatan Angkola Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Jurkesmas), 1(2), 130–133.
Cholifah, N. (2016). Promosi kesehatan dalam pemberian minum obat cacing dan kejadian kecacingan Oxyuris vermicularis. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 7(1).
Hasibuan, O. K. (2019). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap Penggunaan Obat Cacing pada Anak secara Berkala di Lingkungan III, IV, dan VI Kelurahan Babura Sunggal Kecamatan Medan Sunggal.
Hayati, L., Panghiyangani, R., & Rosida, L. (2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan Orang Tua Siswa Slb Darma Praja Banjarmasin Tentang Gejala Dan Penularan Infeksi Cacing Kremi (Enterobius Vermicularis). Jurnal Berkala Kesehatan, 3(2), 93–98.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Kismawati, R., Ernawati, T., & Winingsih, P. H. (2022). Pengembangan E-Komik Berbasis Heyzine Flipbook pada Materi Sistem Pencernaan bagi Peserta Didik Kelas VIII SMP. Wacana Akademika: Majalah Ilmiah Kependidikan, 6(3), 359–370.
Mawaqit, M. (2022). Pola pemberian obat cacing pada anak di wilayah Kalimantan Tengah. Jurnal Borneo Cendekia, 6(2), 59–65.
Peraturan Menteri Kesehatan. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2017 Tentang Penanggulangan Cacingan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Riyadi, E. K. S., & Sundari, S. (2020). Tingkat pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan anak pra sekolah usia 60-72 bulan. Jurnal Ilmu Kebidanan, 6(2), 59–67.
Sumanto, D., Alfizena, M. S., & Kristini, T. D. (2021). Enterobiasis: Infeksi Kecacingan Penting pada Balita. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2(1), 26–36.
Wahidah, W. (2023). Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Pemberian Obat Cacing Pada Anak Balita (Usia 1-5 Tahun) Di Kelurahan Kandai Ii. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 6(4), 502–508.
Waris, L., Rahayu, N., & Indriyati, L. (2012). Risiko kecacingan pada anak Sekolah Dasar di pedesaan daerah perbatasan Kabupaten Nunukan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 1(1), 13–19.
Wiyono, A. S., Sari, F., Restuaji, I. M., & Saputra, S. A. (2020). Sosialisasi pemakaian obat cacing pada posyandu balita. Journal of Community Engagement and Employment.
World Health Organization. (2023). Soil-transmitted helminth infections. World Health Organization.